Arsitek itu adalah seorang perancang
Seorang anak desa bernama Agung Wardoyo yang lahir di Ambarawa pada tanggal 9 Januari 1981 ini adalah seorang yang penuh inspiratif dan kreatif. Terlahir di sebuah kota kecil dan kecamatan kecil itu tak membuatnya patah semangat untuk menggapai hari depan yang penuh dengan harapan bersama Tuhan, pertama kali menapakkan kaki di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Ambarawa membawa beliau untuk melanjutkan pendidikan di SMU Kolese Loyola Semarang menjadikannya seorang anak kost yang cerdas dan mandiri hingga pada saat kuliah dia memilih jurusan arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata hingga S1 dan mendapat predikat desain terbaik pada angakatannya. Beliau mulai memahami bakat arsitek yang mengalir dalam darahnya karena dia senang berimajinasi dan menyenangi bidang desain, mungkin tak perlu bakat yang spesial atau unik di Arsitektur sendiri tetapi semuanya butuh proses dan waktu karena bakat di dalam diri seseorang itu bisa diasah. Seorang Agung Wardoyo meniti karier pada sesaat sebelum kelulusannya dikumandangkan, beliau sudah mendapatkan lamaran kerja dari kota Jogjakarta di sebuah perusahaan interior milik perusahaan asing dan setelah lulus beliau pun pindah ke Jogjakarta sebagai desainer interior khusus kayu dan bangunan kayu di sana. Namun setelah 2 tahun berlalu beliau memutuskan untuk berhenti bekerja dari pekerjaan yang dinamis itu dari yang semulanya drafter hingga menjadi manager, karena orang tuanya ingin beliau untuk tetap melanjutkan studi Arsitek di S2. “Apalah kado untuk seorang ibu selain anaknya sendiri” ucap beliau. Akhirnya beliau kembali ke Semarang dan melanjutkan S2 di Universitas Katolik Soegijapranata selama tiga tahun. Hari hari cuti 1 tahun beliau lalui sampai suatu kabar sukacita datang dari mantan bosnya dari perusaan yang terdahulu yang menyarankan beliau untuk bekerja di Swiss. Dia berangkat ke Swiss dan bekerja sebagai desainer interior kayu desain etnik bukan sebagai arsitek karena ilmu arsitektur kita tidak terpakai disana, beliau bekerja kurang lebih satu tahun. Tuhan menetapkan sebuah pekerjaan baru di dalam negeri sehingga beliau kembali ke Indonesia dan merancang develop resort di Gili Trawangan Island, Lombok dan seiring dengan resor tersebut beliau pun menjadi seorang asisten director membuat resor dan bungalow rumah Jawa di Papua kurang lebih selama 6 bulan dan setelah selesai beliau kembali ke kampung halamannya lagi untuk merancang dan membangun gereja GKI Ambarawa dan Sekolah Kristen Lentera. Perjalanan hidup memanglah panjang , proses itu memang lama tetapi apabila kita mau menunggu proses itu semuanya pasti akan indah pada waktunya. Lalu sejak akhir tahun 2009 beliau berada di Malaysia, Langkawi island membuat villa milik orang Jerman sampai detik ini. Beliau pun mengatakn bahwa arsitek itu bukan penggambar tapi seorang perancang, beliau mulai tertarik di bidang arsitektur mulai dari sebuah ketertarikan terhadap desain sebagai modalnya jikalau berbicara arsitek itu, sebenarnya arsitek itu luas ,bisa mengarah ke arsitektur kota, urban planing
jadi tidak selalu bangunan. Belajar Arsitektur kita mempelajari tentang komposisi massa ya bahasa gampangnya seperti mainan lego yang diterapkan ke bangunan, diajari tentang garis-garis, titik hingga massa sampai teori-teori dan desain bangunan. Cara pengembangan ide yang paling efektif adalah membaca refrensi seperti majalah, televisi, internet, jalan-jalan, dan lewat survey tempat-tempat.
Berikut ini beberapa kata yang saya kutip dari wawancara bersam beliau:
‘Kemana Tuhan berikan itulah jalannya
jikalau masalah kemampuan itu bisa diasah
tapi yang penting pada awalnya interest terlebih dahulu
saya suka desain, itu modalnya terlebih dahulu
kalo ada panggilan di hati kamu untuk jadi arsitek....maju jalan...TUHAN PASTI BERKATI...bukan semoga lagi
pastikan dulu ....dan renungkan
semua berat...tapi kalau kamu enjoy percayalah tidak ada yang berat
dinikmati saja....
arsitek bisa kerja dimana aja....bukan sombong tapi pola pikir kita jadi seorang planer
arsitek itu luas